Sang Harimau dengan Sang Kancil
Harimau ternampak Sang Kancil duduk di bawah sepohon pokok. Pada ranting pokok itu ada sarang tebuan.
Harimau ternampak Sang Kancil duduk di bawah sepohon pokok. Pada ranting pokok itu ada sarang tebuan.
“Hah, Sang Kancil ! Puas aku cari kamu, sekarang baru bertemu,” kata harimau.
“Apalagi yang kamu hendak, harimau?” tanya Sang Kancil.
“Aku nak makan kamu,” kata harimau.
“Nak makan aku? Eh, sekarang tak boleh, harimau,” kata Sang Kancil .
Sang Kancil memberitahu dia sedang menjalankan perintah Raja Sulaiman. “Apalagi yang kamu hendak, harimau?” tanya Sang Kancil.
“Aku nak makan kamu,” kata harimau.
“Nak makan aku? Eh, sekarang tak boleh, harimau,” kata Sang Kancil .
“Aku diperintahkan menunggu benda ini,” kata Sang Kancil sambil menunjukkan ke arah sarang tebuan.
Sang Kancil memberitahu harimau itulah gong Raja Sulaiman.
“Baginda akan mendengar bunyi gong ini apabila baginda hendak ke hutan,” kata Sang Kancil.
“Tentu sedap bunyi gong raja,” kata harimau.
“Sudah tentulah. Siapa yang mendengarnya akan rasa gembira,” kata Sang Kancil sambil memandang ke arah sarang tebuan itu.
Harimau meminta Sang Kancil memalu gong itu kerana ia sangat ingin mendengarnya. Sang Kancil tidak mahu kerana katanya ia hanya diperintahkan supaya menjaganya, dan bukan memalunya.
“Tolonglah, Sang Kancil. Palulah gong raja itu. Baginda bukan ada di sini,” kata harimau merayu.
“Tak boleh. Kalau aku palu gong ini, bermakna aku tak jujur,” kata Sang Kancil.
“Bagaimana kalau aku yang memalunya,”kata harimau.
Sang Kancil terdiam. Dia berfikir seketika.
“Baiklah harimau. Jika kamu ingin memalu gong raja ini, biarlah aku pergi jauh dari sini,” kata Sang Kancil.
Sang Kancil memberikan sebatang kayu kepada harimau.
“Palulah gong itu dengan kayu ini apabila aku suruh,” kata Sang Kancil.
Sang kancil pergi dari pokok itu. Apabila sudah jauh,ia berteriak dengan kuat,
“Harimau, palu!”
Harimau pun memalu sarang tebuan itu. Wah, apabila sarangnya dipalu, maka keluarlah semua tebuan itu lalu menyengat harimau.
“Aummmm!” Harimau mengaum dengan kuatnya. Dia meraung kesakitan. Semua tebuan itu menyerang seluruh badannya. Harimau lari dengan lajunya. Akan tetapi tebuan-tebuan terus mengejarnya. Mujurlah ia terjumpa sungai. Ia pun terjun ke dalam sungai untuk menyelamatkan dirinya.
Sang Kancil dan Buaya
Pada zaman dahulu Sang Kancil adalah merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang-binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang- binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah selalu bersedia membantu mereka yang membutuhkan.
Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Oleh karena makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan Sang Kancil pergi mencari makanan di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan Sang Kancil merasa dahaga karena terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai yang terdekat. Setelah merambah hutan akhirnya kancil sampai pada sebuah sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang waktu Sang Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kesegaran dan kesejukan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.
Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai, ketika merasa capek ia beristirahat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rindang di sekitar kawasan tersebut. Kancil berkata didalam hatinya “Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lezat-lezat”. Setelah rasa capek hilang, Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya. Tibalah Sang Kancil di satu wilayah yang agak lapang, Sang Kancil kaget melihat kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai.”Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut” fikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana cara untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kacil melihat Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa ragu-ragu Kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata ” Hai sabahatku Sang Buaya, apa khabar kamu pada hari ini?” buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi “Kabar baik sahabatku Sang Kancil” sambung buaya lagi “Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?” jawab Sang Kancil “Aku membawa khabar gembira untuk kamu” mendengar kata-kata Sang Kacil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar kabar yang dibawa oleh Sang Kancil lalu berkata “Ceritakan kepada ku apakah yang engkau hendak sampaikan”.
Kancil berkata “Aku diperintahkan oleh Penguasa Hutan supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini karena Sang Penguasa ingin memberi hadiah kepada kamu semua”. Mendengar saja nama Penguasa Hutan sudah menggerutkan nyali semua binatang karena sang Penguasa Hutan sangat kuat dan tegas menjalankan roda pemerintahannya. “Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua teman-temanku aku” kata Sang Buaya.
Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai. Sang Kancil berkata “Hai buaya sekalian, aku telah diperintahkan oleh Penguasa untuk menghitung jumlah kamu semua karena Penguasa akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini”. Kata kancil lagi “Atas nama Yang Mulia Penguasa yang kita hormati aku perintahkan kamu semua berbaris membentang di sungai mulai dari tebing sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana”.
Oleh kerana perintah tersebut datangnya daripada Penguasa yang sangat disegani semua buaya segera berbaris tanpa membantah. Kata Buaya tadi “Sekarang hitunglah, kami sudah siap” Dengan penuh wibawa Sang Kancil berjalan mendekati mereka, Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut “Satu dua, tiga..dan seterusnya, jantan betina aku ketuk” sambil mengetuk kepala buaya. Hingga kancil berhasil menyeberangi sungai. Begitu sampai ditebing di seberang sana kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata” Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahwa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Penguasa”.
Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya merasa marah dan malu kerana mereka telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara sehingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.
Moral Cerita:
Tubuh kecil tidak menghalangi orang untuk bisa meraih yang diinginkan asal dia menggunakan pikiran dan kecerdasannya, demikian sebaliknya tubuh besar dan kuat tidak menjamin keberhasilan bila tidak menggunakan akalnya, sehingga mudah dimanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
Harimau Dengan Bayangnya
Di dalam sebuah hutan ada seekor harimau yang besar dan garang. Semua binatang yang kecil takut akan dengan harimau itu. Apabila sang harimau mengaum, semua binatang akan bersembunyi. Binatang yang tidak sempat bersembunyi pasti akan menjadi mangsa harimau tersebut.
Pada suatu hari, sang kancil sedang mencari makanan di satu kawasan yang redup. Ia seronok memakan daun-daun muda. Tiba-tiba ia terdengar bunyi ranting patah dari arah belakangnya. Ia terus menoleh. Ia nampak seekor harimau sedang menghampirinya.
Harimau itu mengaum dengan kuatnya dan sungguh menakutkan dan sang kancil tidak sempat untuk melarikan diri. "Kali ini kau tidak boleh lari kan diri lagi, aku akan makan kau, kancil!," kata harimau dengan garang. "Kalau engkau makan aku, kau akan di makan oleh binatang yang lebih besar," kata sang kancil.
"Binatang yang mana pula berani melawan ku?" tanya harimau dengan marah. "Pagi tadi aku berjumpa dengan seekor harimau yang jauh lebih besar dari mu. Kata harimau itu dialah harimau yang paling kuat di hutan ini." kata kancil. Harimau menjadi sangat marah dan mengaum dengan sekuat hati.
"Tunjukkan aku di mana harimau yang angkuh itu. Aku akan mengalahkannya," kata harimau dengan nada yang amat angkuh.
Kancil pun berlari pantas meninggalkan tempat itu dan harimau terus mengekori. Sekali sekala harimau mengaum kerana marah. Semua binatang lain bertempiran lari ketakutan tetapi merasa pelik kenapa harimau hanya mengekori kancil pada hal mudah untuk harimau membaham kancil. Sampai di sebuah kolam, kancil pun berhenti.
"Di sini lah aku berjumpa dengan harimau itu, cubalah kamu tengok, aku takut" kata kancil. Harimau pun menjadi lebih marah dengan kata-kata kancil. Ia pun menjenguk ke dalam kolam dengan beraninya. Bayang-bayangnya segera muncul di permukaan air yang jernih dan tenag itu. Harimau mengaum dan membuka mulut seluas-luasnya menunjukkan taringnya yang panjang dan tajam. Harimau di dalam kolam pun membuka mulut seluas-luasnya.
"Kalau engkau harimau yang paling kuat, pergilah lawan dan tewaskannya," kata Kancil. Harimau bertambah berang dan terus terjun mendapatkan harimau itu ambil mengeluarkan kukunya yang tajam. Bila ia terjun, bayang-bayang pun hilang. Barulah ia sedar yang ia telah di tipu oleh kancil. Harimau untuk naik ke tebing kolam tetapi tidak berjaya kerana tebing itu tinggi. Kancil pun sudah melarikan diri. Oleh kerana terlalu angkuh, akhirnya harimau tewas dengan bayang-bayang sendiri.
Pada suatu hari, sang kancil sedang mencari makanan di satu kawasan yang redup. Ia seronok memakan daun-daun muda. Tiba-tiba ia terdengar bunyi ranting patah dari arah belakangnya. Ia terus menoleh. Ia nampak seekor harimau sedang menghampirinya.
Harimau itu mengaum dengan kuatnya dan sungguh menakutkan dan sang kancil tidak sempat untuk melarikan diri. "Kali ini kau tidak boleh lari kan diri lagi, aku akan makan kau, kancil!," kata harimau dengan garang. "Kalau engkau makan aku, kau akan di makan oleh binatang yang lebih besar," kata sang kancil.
"Binatang yang mana pula berani melawan ku?" tanya harimau dengan marah. "Pagi tadi aku berjumpa dengan seekor harimau yang jauh lebih besar dari mu. Kata harimau itu dialah harimau yang paling kuat di hutan ini." kata kancil. Harimau menjadi sangat marah dan mengaum dengan sekuat hati.
"Tunjukkan aku di mana harimau yang angkuh itu. Aku akan mengalahkannya," kata harimau dengan nada yang amat angkuh.
Kancil pun berlari pantas meninggalkan tempat itu dan harimau terus mengekori. Sekali sekala harimau mengaum kerana marah. Semua binatang lain bertempiran lari ketakutan tetapi merasa pelik kenapa harimau hanya mengekori kancil pada hal mudah untuk harimau membaham kancil. Sampai di sebuah kolam, kancil pun berhenti.
"Di sini lah aku berjumpa dengan harimau itu, cubalah kamu tengok, aku takut" kata kancil. Harimau pun menjadi lebih marah dengan kata-kata kancil. Ia pun menjenguk ke dalam kolam dengan beraninya. Bayang-bayangnya segera muncul di permukaan air yang jernih dan tenag itu. Harimau mengaum dan membuka mulut seluas-luasnya menunjukkan taringnya yang panjang dan tajam. Harimau di dalam kolam pun membuka mulut seluas-luasnya.
"Kalau engkau harimau yang paling kuat, pergilah lawan dan tewaskannya," kata Kancil. Harimau bertambah berang dan terus terjun mendapatkan harimau itu ambil mengeluarkan kukunya yang tajam. Bila ia terjun, bayang-bayang pun hilang. Barulah ia sedar yang ia telah di tipu oleh kancil. Harimau untuk naik ke tebing kolam tetapi tidak berjaya kerana tebing itu tinggi. Kancil pun sudah melarikan diri. Oleh kerana terlalu angkuh, akhirnya harimau tewas dengan bayang-bayang sendiri.
No comments:
Post a Comment